Mengejar Surga


by : makasin

Wajahnya sangat indah, putih dan bersih. Hidung mancung, bibirnya, ah, sangat memancing nafsu. Senyumnya begitu membuat hatiku tegang. Dari kaca hitam setebal 5 inci, Aku melihatnya berjalan dari arah gerbang sekolah sambil menebarkan senyum senyum manis. Kata teman temanku Dia cantik. Namun Aku belum menyimpulkannya. Aku hanya tersipu melihat lambaian tangan dan sesekali melihat senyumannya. Ah, barang kali Aku hanya kagum.

Sin...!!!! Kamu mau bayar, atau ngelamun...!!! bentak taufiq sambil menarik lenganku. SPP Aku bayar dengan cepat. Aku bergegas kembali stand di belakang kaca hitam. Oh, ternyata Dia sedang naik tangga. Aku hanya menyimpan gambar model batik kerudung belakangnya. Ok, satu persatu Aku mulai mengamati pakaian yang Dia kenakan. Aku keluar dari ruang TU masih dengan gambar gambar yang tadi, senyum, lambaian tangan dan kaca hitam setebal 5 inci yang menyelamatkanku dari pandangannya. Keadaan seperti ini mebuat Taufiq bertanya :” Sin, Kamu kenapa sih? Dari tadi ngelamun dan senyam senyum sendiri?” Koyo wong edan “. Aku hanya melempar senyum padanya sebagai jawaban “hyehehe”. Hih, tambah gendeng ( edan, basa jawa) saut Taufiq. Parjalanan ke kelas begitu indah. Apalagi udara saat itu sejuk dan cerah. Angin hanya meniup pelan, menghapus brintik keringat di kening. Seakan alam pun meridhoiku. Tiba-tiba, Taufiq berhenti dan mengelus-elus kepalAku. “ Sin, kalau Kamu ada masalah, atau punya sesuatu yang ada di hati, konsultasikanlah kepada senior yang kemu percayai. Eh, kebetulan Kamu kan akrab dengan mas Ipung tuh, Kamu main kesana aja. Dia kan ahli cinta, ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayan. Maukan Kamu pergi ke sana?” saran Taufiq. Aku kembali melempar senyum sebagai jawaban “hyehehe”. “Ah, wong edan..!!! guendeng!!!! Sutres!!! “ Taufiq emosi. “hyahaha Taufiq.....Taufiq....kenapa Kamu emosi melihatku?? Ah, padahal Aku sedang menikmati surga dunia yang mampir di anganku. Huh, surga...surga....siapakah namamu??” kata hatiku sambil masuk kelas.

Aku tidak duduk berdampingan dengan Taufiq. Pak Guru di depan kelas menerangkan pelajaran. Aku duduk tegap menghadap ke depan kelas. Namun yang terlihat di depan mataku masih senyuman, wajah cantik, kerudung coklat berbatik tebal. Tidak ada yang menyangka jika Aku sedang memikirkan hal itu. Pak Guru pun kelihatan yakin kalau Aku sedang memperhatikannya. Padahal, itu salah. Maaf Bapak Guru...!!!!! Bapak tertipu. Pelajaran selesai. Para siswa pulang bersamaan. Keluar kelas, dadaku berdetak keras. Aku siap-siap memandang paras indah. Sesekali menarik nafas dalam-dalam. Huh, Sambil melirikkan mata ke sebelah kiri, menyisir dimana bidadari itu. Kaki terus melangkah hingga teras bawah dan melangkah ke halaman sekolah. Tatapan wajahku sesekali mengarah ke kiri. Namun Aku tidak dapat menemukannya Diantara kerumunan kerudung coklat. Hingga sampai dekat gerbang, Aku sama sekali tidak melihatnya. Ah, Aku terlalu berharap. Aku menarik nafas dalam-dalam, untuk menenangkan hati. Hati mulai sedikit ikhlas untuk tidak melihatnya. Toh, nanti sore ada acara di sekolah lagi yang bidadari itu ikut dalam acara. Aku bergegas pulang ke asrama pondok sambil bercanda bersama teman-temanku.

Di sudut teras, lamunanku bersambung sambil makan siang. “Hue..!!! makan apa ngelamun..???” gertak Aji. “ Sin, lagi mikir apa sih?” katanya. Aku hanya tersenyum “hyehehe”. “ hayoo, lagi jatuh cinta ya? Sama siapa sih Sin?” sit shuiiit.....Samsul menggodaku. Aku kembali melempar senyum “ hyehehe”. “ Ah, ngguya ngguyu wae kon ket mau..!!! gwendeng arek iki.” Rupanya Taufiq emosi lagi. Aku menceritakan apa yang terjadi padaku setelah makan. Sambil berjalan beramai-ramai, “ Benar Sin, Kamu lagi jatuh cinta. Siapa namanya Sin?” samsul bertanya. “ Aku juga belum tahu namanya, sul“. “ heh, santri itu tidak boleh pacaran ...!!! ujar Ahmad Si santri muthi’. “ Ah, kata siapa Mad, Kamu tahu nggak, para ustadz yang sukanya makan di warung dekat asrama pondok putri?? Beliau-beliau makan sambil TP2, alias tebar pesona di depan santri putri.” Sambung Samsul. “Ah, wes-wes kok malah ngowo-nggowo ustadz barang. Ngene lho tak kandani, Aku ngaji karo pak kyai jawa timur, tapi lali jenenge. Ngene munine, al hubbu khofiyyun min an yuro, wa jaliyyun min an yukhfa.” Ujar Taufiq. “cinta itu tidak akan bisa terlihat, namun, cinta tidak bisa disembunyikan, kiro-kiro ngunu artine”. Ah, kalau untuk bicara soal cinta, tidak akan habis dalam waktu sesingkat perjalanan ini. Aku kembali fokus, mencari tahu Dia lebih banyak. Kaki terus berjalan hingga asrama.

== == == ==

Aku mulai fokus, ya, fokus. Mandi, memakai baju rapi. “ Sul, Gasbimu masih? Minta dikit dong.” Demi penampilan. “Nang, minta vaselinnya ya??”. Dua hal ini memang tidak pernah Aku lakukan sebelumnya. Kali ini aja, yang namanya usaha. Bismillah.....Aku berangkat lebih awal. Sampai di sekolah, Aku duduk di dipan dengan pintu terbuka. Siapapun yang datang pasti kelihatan. Uh, anak putri mulai berdatagan, saatnya konsentrasi....!!! Lima menit telah berlalu, belum juga datang. Aku tarik nafas dalam-dalam, sambil menenangkan diri. Itu, itu Dia. Bidadari yang Aku tunggu. Aku mencari posisi yang pas untuk melihatnya. Ah, sial...!!! Kerumunan teman-temannya membuat Dia tidak terlihat. Aku bersabar. Eh, yap kena...!!! Aku melihat kakinya yang pakai sandal warna orange. Ok, nggak papa, satu lagi tersimpan. Selain Dia punya kerudung coklat berornamen tebal, rupanya sendal yang dipakai berwarna orange. Dapat satu poin. Teman-teman pun datang ke kelas. Ini pelajaran Al-Qur’an, Qiro’ati namanya. Aku biasanya di ajar oleh ustadzah yang ganas. Jadi, Aku kembali fokus ke Qiro’ati. Belajar selesai. Aku sangat penasaran dengan namanya. Apa Aku langsung kenalan aja ya?? Hmm.....ah, jangan keburulah. Waktu masih banyak. Kelas putri kelihatannya sudah pulang. Ok, nggak papa Aku pulang sendirian. Sampai pintu gerbang, Aku di panggil satpam sekolah. “Sin, sini..!!” Biasa, kita sering ngobrol dan minum teh bersama di kardu satpam. Aku ngobrol dan bercanda tawa, hingga tidak memperhatikan orang lewat di depanku. tiba-tiba ada cewek yang berlarian sambil teriak, “ Sum....Sumiii...tunggu Aku....!!!!” dan terus berlari sambil menyinsingkan roknya. Aku pun penasaran siapa sih yang dipanggil. Iseng aja Aku melihat ke belakang. Ooohh.......ternyata yang dipanggil bidadari itu.....!!! ketika bidadari itu melihatku, Aku justru kabur kedalam pos satpam dan bersembunyi. Aku malu. Dadaku berdetak kencang, seakan mau pecah. Aku mengambil nafas dalam-dalam, biar tenang. Tatapan matanya tajam...keningku mulai berkeringat. “ ada apa sin?? Satpam terheran. Beberapa saat Aku keluar. Dan hanya senyuman yang Aku berikan kepada satpam sebagai jawaban “ hyehehe”. Ternyata namanya Sumi. Sumi artinya apa ya?? Ah, gak penting. Ok, pak satpam Aku pulang dulu.....!!. Pulang dengan hati riang, segar dan bersemangat.

Malam hari, Aku tidur berdampingan dengan Bagus. Dia sangat pandai dalam hal cewek. Aku pun menceritakan apa yang terjadi padaku, ketika lampu kamar dimatikan. Belum Aku selesai cerita, Dia bilang :” tembak aja Sin..!!!, sebelum orang lain menyerobot”. Ah, Kamu ini Gus, main tembak aja. “ lho, begini Sin, orang seperti Sumi, pasti banyak yang ngelirik. Aku pun dulu sempat...” eh, jadi Kamu dulu sudah men....” bentar to Sin...!!!! dengerin dulu. Tenang. Aku sempat suka aja, tapi nggak nembak kok. Aku keburu jadian sama Santi”. Oooo, Aku kembali tenang. Trus gimana Gus? “ ya, tembak aja...!!! tapi Aku nggak begitu ganteng Gus, seperti Kamu..!! “Begini Sin, kalo cewek, cantik itu bonus. Tapi nggak begitu penting. Yang penting, cewek itu baik dan setia. Sama kalo ganteng, bonus. Yang penting sungguh-sungguh dan bertanggung jawab”. Gus, Gus...enak nggak sih pacaran?? “ Ah. Payah Kamu Sin..!!! gini lo Sin, kalo Kamu melihatnya surga, wajahnya putih bening, matanya tajam, hidungnya mancung, bibirnya, uh, gila manis banget..!!! dan itu akan selalu dekat denganmu. Bisa-bisa dadamu tidak kuat menahan detakan, DUAARRR....!!!!! nafasmu seakan berhenti di tengah fatamorgana. Sin, sin, Muhlisin...!!! eh, diceritain malah tidur...!!!! ya udahlah Aku juga ngantuk.

10.51 | Posted in | Read More »

Pesta Bangsat


pesta lagi pesta lagi
lagi lagi pesta
pesta, nikmat harusnya
yah sebenarnya aku muak
muak dengan pesta yang mengatasnamakan demokrasi
perhelatan besar untuk bangsaku
semua omong kosong
bangsat!!!

kerongkonganku hanya ingin berteriak
jayalah indonesiaku
makmurlah bangsaku
sejahteralah saudaraku
cukup.



13.15 | Posted in | Read More »

Jangan Anggap Remeh



Seorang jenderal, berkuda di depan memimpin pasukannya memasuki sebuah kota. Ia dan pasukannya, baru saja menaklukkan kota itu. Maka, parade kemenangan itu mulai dirayakan saat memasuki kota taklukan dengan gagahnya. Dagu Sang Jenderal terangkat saat memasuki gerbang kota. Kudanya pun melangkah dengan gagah. Begitu pula pasukannya.

Di sepanjang jalan utama, di kiri dan kanan jalan setiap orang duduk bersimpuh. Merendahkan diri sebagai bangsa yang telah takluk. Mengangkat kepala pun mereka tidak berani. Dipancung nanti.

Begitulah, Sang Jenderal dan pasukannya, derap demi derap menyusuri jalan utama kota.

Di suatu belokan, Sang Jenderal melihat seorang tua terbungkuk-bungkuk, tertatih melangkah perlahan menyeberangi jalan. Sang Jenderal tersinggung melihatnya. Ia yang merasa sebagai penakluk, harus terhalang jalan oleh seorang tua renta yang kumuh dan baunya tercium kemana-mana. Ditegurnya Pak Tua itu dengan keras, “Hei tua renta! Tahukah engkau siapa aku? Akulah penguasa kota ini sekarang!”

Pak tua itu mengangkat kepalanya perlahan, memandang Sang Jenderal sebentar, dan kemudian tanpa acuh meneruskan langkahnya menyeberang jalan. Perlahan dan menggemaskan. Sang Jenderal pun naik pitam. Jika saja tidak tua renta, ia sudah menghunus dan menebaskan pedangnya. Ia sekali menghardik, “Hai kau tua renta, engkau pikir dirimu siapa! Minggirlah sebelum kupancung kepala busukmu itu!”

Sekali lagi, Pak Tua berhenti dan mengangkat kepalanya, dan sekarang ia mengangkat tangannya, menegakkan jari telunjuknya, memberi isyarat tanda memanggil. Bukan kepalang kemarahan Sang Jenderal. Sesak dadanya dan mendidih kepalanya. Tanpa sadar, ia menggiring kudanya mendekati Pak Tua renta. Dipelototinya Pak Tua itu tanpa bisa berkata apa-apa. Pak Tua, dengan nekatnya terus menggerakkan telunjukknya. Kurang dekat, mungkin itu maksudnya. Ia ingin mengatakan sesuatu.

Di atas kuda, Sang Jenderal sudah tertelan oleh kemarahannya atas “keremehan” Pak Tua. Tapi saking tak tahu harus bagaimana, ia malah menjulurkan kepalanya untuk bisa mendengar bisikan Pak Tua. Setelah begitu dekat telinga Sang Jenderal ke mulut Pak Tua, Pak Tua itu membisikinya dengan desahan lirih yang hampir tak terdengar.

“Saya Izroil…Malaikat pencabut nyawa “

Jenderal itu melorot dari kudanya dan langsung mati.

Berhentilah mengecilkan sesuatu, hanya karena fenomena fisiknya. Karena kita bisa kehilangan makna. Padahal itu, mungkin saja bisa merubah hidup kita.

Berhentilah membanggakan sesuatu hanya karena merasa lebih superior. Karena hal itu menjadikan kita kehilangan sebuah kewaspadaan. Sedikit kurang waspada, dapat merubah hidup kita.

So, waspadalah...!!!


21.47 | Posted in | Read More »

SEDEKAH NGUTANG


Ini sekedar story bwt kawand GRAZEEV sekedar share aj kog semoga bermanfaat...:)
Kholiz Santiago


Oleh : Bobby Herwibowo :lol:

Sebuah mushalla rencananya hendak dibangun di sebuah perumahan di
daerah Cibinong, Bogor. Malam itu awal bulan Sya'ban beberapa tahun
yang lalu para penghuni perumahan bertekad ingin menjalani shalat
Tarawih bersama di mushalla yang akan mereka bikin. Semua warga
dikomandani pak RT tengah bermusyawarah. Satu kata bulat, "Kita harus
punya mushalla saat bulan puasa tahun ini menjelang!"

Itulah cita-cita mulia mereka semua. Dan masing-masing mereka berinfaq
dan berwakaf di jalan Allah dengan harta terbaik yang mereka miliki.

Terdengar suara pak RT menanyakan satu per satu warga yang hadir, "Pak
anu mau nyumbang berapa..., bapak fulan mau sedekah berapa....?" Lalu
setiap warga yang hadir dengan antusias menjawab dengan harta yang
hendak mereka sumbangkan.



Ada yang berinfak dalam ratusan ribu rupiah, juga ada yang berinfak
dalam jutaan rupiah. Sebagian mereka ada juga yang memberikan dalam
bentuk material bangunan.



Semua mereka seolah berlomba memberikan harta terbaik yang mereka
miliki untuk membangun rumah Allah Swt.

Semua terlihat begitu antusias untuk membangun mushalla di lingkungan
mereka dalam tempo kurang dari sebulan.

Malam itu juga ada seseorang yang bernama Arif yang berkomitmen untuk
menyumbang seluruh lantai keramik yang diperlukan mushalla. Itulah
yang ia janjikan kepada pak RT dan seluruh peserta rapat. Sengaja ia
menyumbang lantai keramik, sebab ia beranggapan bahwa setiap orang
akan menggunakannya untuk berdiri dan sujud oleh karena itu akan
mendapat pahala yang lebih banyak dari material bangunan lainnya.
Setidaknya itulah anggapannya!

"Saya insya Allah mau menyumbang semua lantai keramik yang diperlukan
mushalla ini!" seru Arif. "Apakah semua lantai keramik atau
sebagiannya saja, pak Arif?" tanya ketua RT menegaskan. "Semuanya
insya Allah, pak!" tandas Arif.

Arif tidak khawatir untuk menutupi sumbangan seluruh lantai keramik
mushalla. Di benaknya esok pagi ia akan meminta orang tuanya,
neneknya, sepupu, paman, bibi dan seluruh saudaranya untuk turut
menyumbang. "Insya Allah bila dijinjing ramai-ramai, tidak akan ada
beban yang berat!" gumamnya.

Benar juga... begitu Arif menghubungi seluruh kerabatnya, mereka semua
bersedia turut menyumbang pembelian lantai keramik mushalla. Hati Arif
pun tenang. Ia senang telah bisa menyumbang dan lebih senangnya lagi
ia dapat mengajak keluarganya untuk melakukan kebaikan di jalan agama
ini.

***

Bulan Ramadhan 7 hari lagi akan menjelang. Bangunan mushalla atas izin
Allah sudah rampung kurang lebih 65%. Namun untuk bisa dipakai shalat,
setidaknya harus sudah berlantai hingga orang-orang akan merasa nyaman
saat berdiri dan sujud. Maka malam itu adalah rapat kesekian kalinya
digelar ketua RT bersama panitia pembangunan mushalla. Dalam rapat
itu, Arif ditanya tentang kapan lantai bisa dikirimkan ke mushalla.
Dengan tenang ia berujar, "Paling lambat lusa, saya akan kirim lantai
tersebut!"

Namun apa yang terjadi saat ia menghubungi satu per satu keluarga yang
sudah berjanji untuk menyumbang. Sungguh aneh, semua keluarga yang
berjanji sepertinya amat kompak dalam satu alasan. Mereka semua BOKEK,
alias lagi gak punya uang!

"Celaka...!" keluh Arif. Padahal ia sendiri pun sedang tidak punya
duit. Bagaimana ia bisa memberi jawaban atas hal ini kepada warga
lingkungannya. Padahal Ramadhan akan tiba sebentar lagi. Tidak ada
uang yang bisa ia gunakan untuk membeli keramik, namun ada beberapa
kartu kredit di dompetnya yang dapat ia gunakan. Saat hendak
menggunakannya terbersit di benaknya wajah angker sang istri berkata
mengancam, "Awas ya kalau kamu berani pakai kartu kredit lagi. Aku
akan minta cerai!!!'

Ya, Arif meski bekerja di sebuah bank swasta namun ia adalah orang
yang susah menjaga syahwat dalam penggunaan kartu kredit. Sering kali
rumahnya disatroni debt-collector tak bermoral yang bicara kasar
bahkan mengancam di rumahnya. Istri dan anak-anak Arif sudah tidak
kuat dengan teror para debt-collector. Karena itu ia pernah diancam
oleh sang istri dengan ultimatum tuntutan cerai.

Kini Arif berada di dua ujung tanduk. Antara membeli keramik mushalla
dengan kartu kredit & ancaman cerai dari sang istri. Setelah menimbang
sebaik mungkin, ia bulatkan tekad untuk membeli lantai keramik.
"Urusan masalah kartu kredit, itu urusan nanti!" gumamnya. Lalu ia pun
pergi ke kawasan Percetakan Negara, Jakarta untuk memilih lantai
keramik yang cocok. Usai ia memilih lantai keramik, ia pun menggesek
kartu kreditnya dengan total tagihan Rp. 2,8 juta. Tak lupa ia
mengucap bismillah. Maka Arif kini bersedekah lantai keramik di jalan
Allah meski dengan cara berutang lewat kartu kredit.

***

Jelang Ramadhan pun ada agenda keluarga yang sudah dirancang oleh
Arif. Ia ingin tahun ini dapat mudik ke kampung halaman dengan
berkendara mobil. Hari itu ia memberanikan diri datang ke manager SDM
tempatnya bekerja sambil berkata dengan penuh semangat, "Pak boleh gak
saya mengajukan permohonan kredit mobil?!" Sayangnya, Arif mengajukan
permohonan itu pada momen yang tidak tepat. Awal Ramadhan itu di
perusahaannya sedang ada rasionalisasi pegawai besar-besaran. Sebuah
langkah yang amat pahit dialami oleh tim SDM, sebab dari atas mereka
mendapat tekanan. Sedangkan dari para pegawai di bawah mereka mendapat
kecaman. Dalam kondisi tim SDM sedang pusing, Arif malah mengajukan
kredit mobil. Dengan sengit manajer SDM itu berkata, "Tidak ada
fasilitas seperti itu saat ini. Anda tidak paham ya bahwa kami sedang
amat sibuk?!"

Mendapat tanggapan seperti itu, maka Arif pun beringsut.

Namun mungkin ini adalah balasan Allah Swt setelah sedekah lantai
keramik itu sudah digunakan oleh warga perumahan untuk lebih dari
seminggu.

Siang itu usai shalat Zhuhur dan mendengarkan kuliah agama di mushalla
kantor, Arif kembali masuk ke ruang kerja. Pesawat telpon di mejanya
berdering. Ternyata di sana adalah suara manager SDM yang memintanya
datang segera.

Arif pun datang. Sesampainya di ruangan manager SDM ia disuruh
menunggu di ruangan meeting. Sampai saat itu Arif belum tahu ada pasal
apa manager SDM memanggilnya. Arif berprasangka buruk, "Mungkinkah aku
termasuk karyawan yang akan dirumahkan?" lamunnya.

Lama ia menunggu hingga akhirnya sang manajer SDM datang ke ruang
meeting. Di tangannya ada sebuah folder berisikan banyak berkas.
Folder itu dibanting di atas meja, dan Arif terkejut mendengar folder
itu dibanting.

Sang manajer SDM itu kini sudah duduk berseberangan dari Arif. Ia
membuka berkas yang ada di dalam folder lalu ia dapatkan secarik
kertas yang bentuknya seperti kertas cheque.

Dengan cara yang tidak sopan, selembar kertas kecil itu dilemparkan ke
arah Arif dan ia pun menangkapnya. "Surat apa ini, Pak?!" tanya Arif.
Dibenaknya ia masih menduga bahwa ia bakal di-PHK dan ini adalah surat
pemberitahuannya.

"Baca saja dan jangan banyak tanya!" bentak manajer SDM.

Arif membaca selembar kertas itu yang ternyata adalah sebuah voucher
pembelian sebuah mobil. Di dalamnya terdapat nama lengkap Arif, nomor
induk kepegawaiannya dan sebuah nominal sebesar Rp 60 juta. Voucher
pembelian mobil itu ditandatangani oleh Direktur Operasional.

Usai membaca barulah Arif mengerti bahwa kertas itu ada sebuah
persetujuan direktur operasional atas fasilitas kredit mobil untuk
dirinya. Namun hal yang tidak ia mengerti adalah mengapa sikap manajer
SDM menjadi garang seperti ini?

"Saya paling tidak suka bila pak Arif main belakang seperti ini...!!!
Saya khan sudah bilang kepada bapak bahwa perusahaan tidak menyediakan
fasilitas mobil untuk karyawan dalam masa-masa seperti ini, lalu
kenapa bapak bicara langsung kepada direktur operasional...? Itu sama
saja mencoreng reputasi saya!!!"

Arif hanya terdiam mendengar celotehan sang manajer. Rasanya ia belum
pernah menceritakan hal ini kepada siapapun selain kepada manajer SDM,
apalagi sampai menghadap direktur. Namun ia gembira dalam hati sebab
ia membayangkan bahwa lebaran ini ia dapat mudik ke kampung bersama
keluarga dengan mobil baru. Terserah manajer SDM apakah dia mau marah
atau tidak yang penting Arif sudah mendapatkan voucher pembelian mobil
di tangannya.

***

Sore itu Arif pulang menuju rumahnya di Cibinong dengan hati penuh
kegembiraan. Sesampainya di rumah kira-kira pukul setengah enam sore.
Ia bernyanyi riang dan terus bernyanyi. Ia tidak masuk ke kamar untuk
berganti pakaian namun bahkan ia duduk-duduk di ruang tamu. Ada
gelagat yang tidak biasa sepertinya pada diri Arif, hingga istrinya
pun menanyakan ada apa gerangan.

Arif masih terus bernyanyi gembira sambil mengeluarkan dari tas kerja
secarik kertas voucher pembelian mobil itu lalu ia letakkan di atas
meja.

"Apa itu, Pa?" tanya sang istri. "Baca saja sendiri!" tukas Arif
sambil terus bernyanyi. Istrinya pun membaca voucher itu. Namun tidak
seperti dugaan Arif, sang istri tidak terlihat gembira membacanya.
Bahkan sang istri pergi ke arah lemari dan mengambil secarik kertas.

Bila tadi Arif meletakkan secarik kertas di atas meja. Kini sang istri
pun melatakkan secarik kertas pula di atas meja. "Apa itu, Ma?!" Arif
balik bertanya. Sang istri menukas dengan ketus, "Baca saja
sendiri!!!"

Ternyata itu adalah surat tagihan penggunaan kartu kredit. "Celaka!"
gumam Arif. Akhirnya dia ketahuan oleh sang istri telah menggunakan
kartu kredit untuk pembelian lantai mushalla. Ia amat takut sekali
bila sang istri menuntut cerai.

"Ayo cepat buka...!" sang istri berkata dengan suara meninggi. Arif
hanya diam tak berkutik, sungguh ia amat merasa takut. Tidak sedikit
pun gurat kebahagiaan tersisa di wajahnya.

Dengan perlahan ia buka amplop tagihan kartu kredit itu dan kemudian
ia baca seluruh isi surat. Namun anehnya, ia tidak mendapati tagihan
senilai Rp2,8 juta atas pembelian lantai keramik!!!

Seolah tidak percaya, ia ulangi membaca dan tetap saja ia tidak
mendapatkan nilai tagihan atas lantai keramik!!!

"Subhanallah...., kok bisa gak ada ya?" Arif berteriak keheranan. Ia
pun menelpon pihak bank dan lagi-lagi anehnya bank tidak membaca pada
data mereka bahwa Arif melakukan transaksi sebesar Rp 2,8 juta.

***

Itulah kisah yang Arif sampaikan kepada saya bahwa ia telah menuai
pertolongan Allah Swt untuk pembelian mobil, namun apa yang ia
sumbangkan untuk rumah-Nya dengan cara berhutang rupanya tidak
dianggap demikian oleh Allah Swt. Demikianlah sebuah kisah yang
menakjubkan tentang pertolongan Allah Swt melalui sedekah. Tidakkah
Anda meyakininya?

Salam. :)


Keep Posting 8-)

01.47 | Posted in | Read More »

Membuka Memori



Assalamu’alaikum……….

Temen2 Grazeev dan siapa saja yang mampir di blog ini, mungkin sudah pernah mendengar atau bahkan sudah hapal hadits dibawah ini. Namun saya menuliskan hadits ini untuk sekedar membuka memori kita saja, waktu belajar di MAKN Surakarta tempo dulu.

Di bawah ini ada dua hadits yang kandungannya bertolak belakang. Untuk lebih jelasnya, baca dulu hadits di bawah ini!! Jangan lupa bismillah….:D

وعن ابن عبّاس رضى الله عنهما قال سقيت النّبيّ صلى الله عليه وسلّم من زمزم, فشرب وهو قائم. متّفق عليه

Dan dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata : Aku memberi minum Rosululloh SAW. Dengan air Zamzam. Maka beliau meminumnya dalam keadaan berdiri. (Muttafaq Alaih)

وعن النزال رضى الله عنه قال : اتى علىّ رضى الله عنه باب الرحبة فشرب قائما, وقال انّى رايت رسول الله صلى الله عليه وسلّم فعل كما رايتمونى فعلت. رواه البخارى

Dan dari Nazal r.a. berkata : Sahabat ‘Ali r.a. datang di Bab Rohbah (halaman masjid)dan minum dalam keadaan berdiri. Dan Sahabat ‘Ali berkata : Sesungguhnya Aku melihat Rosululloh SAW. Melakukan perbuatan seperti yang kalian lihat dariku. (HR Bukhori)

Dari dua hadits di atas, bisa kita simpulkan bersama bahwa minum sambil berdiri adalah sebuah perilaku yang dilakukan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kita tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Merupakan sunnah yang apabila dilakukan oleh ummat muslim akan mendapat pahala.

Pertanyaannya adalah, mengapa waktu dulu kita di Asrama MAKN kok malah dilarang ketika kita minum sambil berdiri…? Bahkan jika kita melanggar akan mendapatkan sangsi dari Qism Tarbiyah.


Weit’Z….jangan terburu ambil sikap, sebelum membaca hadits dibawah ini. Ingat!! Bismillah…

وعن انس رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلّم انه نهى ان يشرب الرجل قائما. قال قتادة : فقلنا لانس : فالاكل ؟ قال : ذلك اشرّ او اخبث. رواه مسلم

وفى رواية له انّ النبي صلى الله عليه وسلّم زجر عن الشرب قائما.

Dan dari Anas r.a. dari Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya Beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qotadah berkata : maka kita bertanya kepada Anas r.a. : maka bagaimana dengan makan? Anas menjawab : itu lebih jelek atau lebih kotor.HR. Muslim

Dan dalam riwayat lain dari Anas r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW. Melarang minum dalam keadaan berdiri.

Dari hadits ini kita simpulkan juga bahwa nabi melarang minum sambil berdiri.

Lalu bagaimana hukum minum sambil berdiri? Sedangkan pada hadits yang pertama tadi jelas bahwa Nabi Muhammad SAW pernah minum dalam keadaan berdiri. Dan yang meriwayatkan hadits keduanya adalah Bukhori dan Muslim. Hadits yang diriwayatkan Bukhori maupun Muslim adalah Hadits yang sohih.

Sesuai yang saya bilang tadi, coba kita ingat2 pelajaran ilmu hadits yang dulu pernah diajarkan oleh dua Ustadz. Ust. Ilyas dan Ust. Luqman Hasyim. Yang waktu pelajaran hadits dulu tidur, ya nggak usah ikut nginget inget…. Kelamaan, dan nggak bakal inget.hehhe

Ada bab yang menerangkan Thuruqut Tarjih, jika ada dua dalil al Qur’an atau Sunnah yang bertentangan. ( bab ini sapa yang ngajarin jal…sapa yg tau?benar dapet hadiah dr ketua grazeev nurul fahmi ) :d

Thuruqut Tarjih Diantaranya :

Pertama, Tarjih: yaitu dari dua dalil yang bertentangan, pilih dalil yang paling kuat.

Kedua, Nasikh Mansukh : yaitu menghapus hukum syar’i dengan dalil lain yang datangnya/turunnya belakangan.(maaf kalo diksinya nggak enak :D)

Ketiga, digabungkan antara kedua dalil jika memang bisa digabung. Dan tidak bertentangan dengan dalil yang lain.

Keempat, Tawaqquf. Yaitu tidak menentukan hukumnya.

Nah, kalo untuk beberapa hadits di atas tadi, adalah menggunakan jalan yang ke tiga. Yaitu digabungkan hukum yang terkandung dalam kedua hadits. Dan nanti hasilnya boleh minum sambil berdiri, dan minum sambil duduk itu yang utama.

Ini sesuai dengan keterangan yang dipaparkan oleh Fadhilatu as Syeikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin dalam kitabnya, Syarh Riyadhu as Solihin milik al Imam Abi Zakariya Muhyiddin Yahya an Nawawi. Dan kelihatannya sudah di ajarkan oleh Ust. Mundzir di Asrama putra. Waktunya ba’da sholat subuh. Kalo yang putri, mana ketehe’….heheheehe

Karena tidak mungkin minum berdiri itu dilarang (kalo merujuk hadits dari sahabat Anas) karena Nabi SAW pun pernah melakukannya dan hal itu tidak ada madorotnya.

Maka boleh saja minum sambil berdiri. Namun jika kita melihat dari adat kita yang menyatakan bahwa minum sambil berdiri itu kurang baik, seyogyanya kita lebih berlaku mengikuti adat kita. Karena hal itu juga lebih afdhol jika dilakukan.

Demikian , maaf apabila ada kata kata yang kurang berkenan. Bravo …Grazeev!!


08.52 | Posted in | Read More »

For Gaza

07.47 | Posted in | Read More »

Ini Liriknya

WE WILL NOT GO DOWN
(Composed by Michael Heart)
Copyright 2009


A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

07.46 | Posted in | Read More »

Blog Archive

Labels

Recently Commented

Recently Added