Hari Inilah Yang Kau Miliki
Oleh: F.Haniefa*
Saudaraku, jika engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu sampai waktu sore, karena pada hari ini sajalah engkau akan hidup. Bukan hari kemarin dengan segala kebaikan dan kejelekannya dan bukan pula hari esok yang belum tiba sampai saat ini. Pada hari inilah matahari mampu membuatmu berbayang bayang di bawahnya. Siang yang engkau rasakan panasnya itulah harimu. Umurmu adalah satu hari saja. Maka jadikanlah dirimu untuk hidup pada hari ini saja dan seakan akan engkau dilahirkan pada hari itu dan mati pada hari itu juga. Maka pada saat itulah engkau tidak akan bersedih dengan masa lalumu. Engkau juga tidak akan khawatir dengan masa depan yang menakutkan dengan segala gonjang ganjingya. Untuk hari ini saja, simpanlah bekalmu, dan perhatianmu, dan maksimalkanlah usaha dan kerjamu. Maka untuk hari inilah engkau harus mempersembahkan shalat yang khusyuk, tilawah dengan tadabbur, membaca dengan merenungkan isinya, berdzikir dengan penuh menghadirkan segenap hatimu, berbuat baik kepada makhluk hidup, ridha dengan segala pemberianNya, dan juga perhatikan panampilanmu, perhatikan badanmu, dan berbuat kemanfaatan untuk orang lain.
Hanya hari ini sajalah yang engkau berada didalamnya, engkau bagi jam demi jamnya, maka menit-menitnya engkau jadikan tahun-tahun dan detik demi detiknya sebagai bulan. Engkau tanam kebaikan pada hari itu. Engkau memohon ampunanNya pada hari itu. Engkau ingat Tuhan pada hari itu. Engkau persiapkan dirimu untuk sebuah perjalanan pada hari itu. Maka engkau akan hidup pada hari itu dengan penuh kegembiraan dan kesenangan, merasa aman dan juga tenang. Maka pada hari itulah engkau akan ridha dengan rizki yang kau miliki, istrimu dan juga anak-anakmu, ridha dengan pekerjaanmu, rumahmu, ilmumu dan juga kedudukan sosialmu. “Maka ambillah segala apa yang telah Kuberikan padamu dan jadilah engkau dalam golongan orang-orang yang bersyukur” ( Al Qur’an). Maka engkau akan hidup pada hari itu tanpa kesedihan,was-was, keluh kesah dan tanpa iri dengan orang lain.
Maka tulislah di atas lembaran hatimu sebuah kalimat yang juga engkau tuliskan di atas meja kerjamu: “Hanya hari inilah hari yang kau miliki”. Jika hari ini engkau memakan sebuah roti dengan penuh selera maka apakah akan membahayakanmu sebuah roti kemarin yang kering dan tak sedap? Atau sebuah roti esok hari yang masih ghaib dan masih ditunggu?
Jika engkau meminum air yang tawar dan menyegarkan, maka untuk apa engkau bersedih dengan air minum kemarin yang asin dan tak sedap? Dan untuk apa pula memperhatikan air minum esok hari yang rasanya asin dan panas?
Sesungguhnya jika engkau bersikap jujur terhadap dirimu sendiri maka pasti engkau akan berucap: “Aku tidak akan hidup kecuali hanya hari ini saja”. Maka pada saat itulah engkau akan menyibukkan setiap saatmu pada hari itu untuk menegaskan keberadaanmu, engkau juga akan mengembangkan bakat-bakatmu, mensucikan segala pekerjaanmu, dan akhirnya pada saat itulah engkau akan bertekad dan mengucapkan: “Untuk hari ini sajalah aku akan hidup, maka akan kuperhatikan kebersihan badanku,kuperbaiki penampilanku, kuperhatikan sikapku, dan kurendahkan hati pada saat berjalan, berbicara, dan bergerak”.
“Untuk hari ini sajalah aku akan hidup, maka aku akan bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Tuhanku, dan akan kulaksanaakn shalatku dengan sesempurna mungkin, akan kubekali diriku dengan amalan-amalan sunnah, akan kubaca mushaf muliaku, dan akan kubaca buku-buku yang kumiliki, akan kuhafal hal-hal yang berfaedah, dan akan kubaca bacaan-bacaan yang bermanfaat”.
“Untuk hari ini sajalah aku akan hidup, maka akan kutanamkan dalam hatiku tanaman kebaikan, dan akan kucabut tanaman kejelekan dengan segala dahan-dahannya yang bengkok. Yaitu dahan-dahan kesombongan, ujub, riya’, dengki, dan juga prasangka buruk”.
“Untuk hari ini sajalah aku akan hidup, maka aku akan berbuat kemanfaatan untuk orang lain, akan kujenguk orang yang sakit, akan kuantarkan jenazah, akan kutunjukkan jalan pada orang yang tersesat, akan kuberi makan orang yang kelaparan, akan kuhibur orang-orang yang terkena musibah, aku akan membela orang yang terzalimi dan tertindas, akan kubantu orang yang lemah, akan kumuliakan orang yang berilmu, akan kusayangi yang lebih muda dan akan kuhormati yang lebih tua”.
“Untuk hari ini sajalah aku kan hidup, maka, wahai masa lalu engkau telah pergi dan selesai, maka aku tak akan menangisimi, dan engkau tidak akan melihatku berdiri termenung mengingatmu walau sesaatpun, karena engkau telah pergi meninggalkan kami dan tidak akan pernah kembali lagi kepada kami selamanya”.
“Wahai masa depan, engkau masih berada dalam alam ghaib, maka aku tak akan berhubungan dan berinteraksi dengan segala yang masih berbentuk mimpi. Dan aku juga tak akan menjual diriku dengan segala rasa was-was, karena hari esok bukanlah segalanya, dia belumlah tercipta dan juga karena hari esok belum menjadi sesuatu yang sudah bisa di sebut sebagai sesuatu “(lam yakun syai an madzkura).
Harimu adalah hanya hari ini wahai manusia, itulah sebuah kalimat terindah yang termaktub dalam kamus kebahagiaan, bagi siapa saja yang ingin hidup bahagia, merasakan indahnya dan mengecap manisnya.
Mutsallats 10th Distict, end of summer 221008
Translated from: La Tahzan, by: Dr, ‘Aidh Al Qarni, Maktabatul Abekan
* Department of Islamic Jurisprudence and Law, El Azhar University, Cairo